Ilmu pengetahuan
pada mulanya berkembang sangat lambat sampai abad pertengahan (abad
15-16). Pengembangan tersebut sedikti lebih pesat terutama setelah
Copernicus yang kemudian diperkuat oleh Galileo berdasarkan penemuannya
mengubah konsep geosentris menjadi heliosentris dan seklaigus mengubah
kepercayaan penguasa dan agama pada saat ini. Penemuan ini sangat
dimungkinkan karena berkembangnya alat bantu penelitian (teropong
bintang) yang lebih baik. Periode ini dikenal sebagai permulaan abad
ilmu pengetahuan modern yang menetapkan suatu kebenaran berdasarkan
induksi atau eksperimen. Perubahan konsep ilmu yang radikal ini juga
mempengaruhi cara berpikir dan sekaligus memacu perkembangan ilmu sampai
terjadinya revolusi industri pada abad ke-19.
Sampai
mendekati abad pertengahan, perkembangan ilmu pengetahuan belum begitu
luas dan dalam sehingga seseorang yang mempunyai cara berpikir tajam dan
kritis akan sangat mungkin dapat menguasai beberapa cabang ilmu
sekaligus.
Pengembangan
ilmu yang terus menerus dan begitu cepatnya, terutama mulai awal abad
ke-20 menyebabkan klasifikasi ilmu berkembang ke arah disiplin ilmu yang
lebih spesifik. Sebagai contoh dalam displin ilmu kimia maka telah
terjadi pemfokusan menjadi berbagai sub-disiplin ilmu kimia antara lain :
kimia teoritis, kimia analisis, kimia anorganik, biokimia, kimia fisik,
kimia organik. Selanjutnya contoh adalah dalam sub-disiplin kimia
organik maka terdapat antara lain focus kea rah kimia organik sintesis
dan kimia bahan alam. Kimia bahan alampun dapat terbagi lagi
berdasarkan kelompok senyawa kimianya.
Berdasarkan
pengembangan fokus ilmu tersebut menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan
berkembang dengan pesatnya sehingga tidak memungkinkan lagi seseorang
dapat menguasai ilmu dengan sempurna. Untuk dapat menguasai ilmunya
dengan baik, maka pada akhirnya seorang ahli akan lebih memfokuskan atau
menspesialisasikan dirinya dalam salah satu fokus disiplin ilmu
tertentu.
Dalam
hal lain, perkembangan ilmu tidak hanya ke arah fokus disiplin ilmu
saja. Tetapi banyak ilmu baru yang tidak bisa dibahas berdasarkan satu
disiplin ilmu saja. Ilmu semacam ini disebut sebagai multidisiplin
ilmu. Contoh ilmu multidisiplin yang paling popular adalah ilmu
lingkungan . Pembahasan ilmu lingkungan dapat dilihat dari disiplin
ilmu social maupun IPA. Pendekatan IPA pun dapat dilihat dari berbagai
disiplin ilmu seperti kimia (kimia lingkungan), fisika (fisika
lingkungan), biologi (ekologi, biodiversivitas), hidrologi (pencemaran
air), geografi (pencemaran udara, perubahan iklim), pertanian dan banyak
lainnya.
Perkembangan
multidisiplin IPA pun cukup banyak dan beberapa ilmu multidisiplin saat
ini berkembang dengan sangat pesat, sebagai contoh adalah bioteknologi,
rekayasa genetika, informatika/computer dan ilmu material.
Perkembangan tersebut sangat mempengaruhi pola pandang dan kehidupan
sosial manusia saat ini.
Perkembangan IPA sangat pesat terjadi setelah diperkenalkannya konsep
fisika kuantum dan relativtas pada awal abad ke-20. Konsep modern ini
mempengaruhi konsep IPA keseluruhan sehingga dalam beberapa hal perlu
dilakukan revisi dan penyesuaian konsepsi ilmu pengetahuan ke arah
pemikiran modern. Dengan demikian terdapat dua konsep IPA, yaitu IPA
klasik yang telaahannya bersifat makroskopik, dan IPA modern yang
bersifat mikroskopik.
Banyak
pendapat tentang pengertian IPA klasik dan IPA modern yang dicetuskan
oleh para pakar. Pendapat-pendapat tersebut masing-masing berbeda karena
pada umumnya berlandaskan atas disiplin ilmu yang mereka tekuni. Pakar
Fisika misalnya mendefinisikan bahwa yang dimaksud IPA klasik adalah
perkembangan ilmu fisika sebelum abad XX, sedangkan IPA modern adalah
perkembangan fisika setelah abad XX. Fisika modern dimulai sejak saat
munculnya teori relativitas dari Einstein, diikuti teori radiasi oleh
Max Planck (1910), sinar X oleh Rontgen (1923). Sedangkan IPA klasik
mulai sejak awal sampai batas munculnya teori relativitas tersebut.
Pakar biologi tentu lain pandangannya terhadap IPA klasik dan IPA
modern. Demikian pula dipandang dari disiplin ilmu yang lain.
Secara
umum, pengertian IPA bukan hanya ditinjau dari satu disiplin ilmu saja,
namun IPA dapat dirinci lebih lanjut mengenai berbagai disiplin ilmu.
1. IPA Klasik
Bila
ditinjau dari pengertian klasik sendiri, maka dapat diartikan bahwa
yang klasik umumnya bersifat tradisional berdasarkan pengalaman,
kebiasaan, atau naluri semata. Meskipun ada kreasi, namun merupakan
tiruan dari keadaan alam sekitar.
Pakar
fisika membedakan antara Fisika Klasik dan Fisika Modern. Fisika Klasik
atau fisika terbatas mempelajari komponen materi dan interaksi antara
komponen dengan perkembangan pengamatan.
IPA
klasik secara umum, sebagai contoh digambarkan pembuatan ragi tempe dan
juga ragi tapis; meskipun hanya berdasarkan pengalaman petani, namun
tanpa disadari petani tersebut telah berkecimpung dalam bidang
mikrobiologi, mikologi, dan tentu saja tidak lepas dari ilmu fisika yang
mendasarinya. Contoh lain, pembuatan gula kelapa merupakan proses
fisika bersama-sama kimia yang telah tinggi tingkatannya, juga pembuatan
terasi, ikan asin, rendang, dan telor asin adalah merupakan karya IPA
klasik. Petani pembuat / pengrajin sama sekali tidak mengetahui proses
yang terjadi dalam mewujudkan karyanya. Demikian pula segala kegiatan
yang merupakan larangan berdasarkan kepercayaan. Dengan kata lain,
dianggap tabu atau pamili atau angker adalah merupakan usaha untuk
mempertahankan keseimbangan lingkungan, sebagai contoh tokek tidak boleh
dibunuh, ikan di suatu tempat angker tidak boleh dimakan. Mereka tidak
melakukan penelitian dan pengujian, namun hanya berdasarkan pengalaman
dari nenek moyangnya.
2. IPA modern
IPA
modern muncul berdasarkan penelitian maupun pengujian dan telah
diadakan pembaharuan yang dikaitkan dengan berbagai disiplin ilmu yang
ada. Proses canning, pengalengan ikan, buah-buahan, dan
berbagai kegiatan yang berkaitan dengan fisika, biologi, kimia,
biokimia, dan sebagainya merupakan hasil perkembangan IPA yang telah
dinikmati oleh manusia.
Fisika
modern merintis dimulainya IPA modern yang dikaitkan dengan
diketemukannya teori relativitas dan kuantum yang menggambarkan sifat
atom, inti, dan partikel lain molekul zat padat. Sebagai contoh,
teknologi nuklir merupakan teknologi modern yang dapat dimanfaatkan
dalam bidang kedokteran, trasnportasi, angkatan bersenjata, dan berbagai
penelitian yang berkaitan dengan disiplin ilmu yang lain.
IPA
modern diperoleh atas dasar penelitian dengan menggunakan metode ilmiah
disertai pengujian berulang kalo sehingga diperoleh ilmu yang mantap,
baik untuk terapan atau ilmu murni. Banyak contoh kegiatan IPA modern,
seperti pemanfaatan energi matahari untuk kegiatan yang berkaitan dengan
listrik untuk transportasi, industri, rumah tangga adalah pemanfaatan
foron untuk menimbulkan aliran muatan listrik (elektron) karena
perbedaan panas, sehingga terbentuklah sel pembangkit listrik. Tungku
sinar matahari telah banyak digunakan yang hanya berprinsip pada titik
fokus lensa cekung. Dengan energi panas bumi dapat diperoleh tenaga
listrik. Dalam kaitannya dengan alam lingkungan, untuk menciptakan
suasana bersih timbul pemikiran pemanfaatan sampah sisa organisme,
seperti jerami, sisa tanam-tanaman lain, dan kotoran hewan diproses
dengan bantuan bakteri dalam kondisi tertentu sehingga menghasilkan
gas-gas yang ternyata dapat dimanfaatkan sebagai pengganti bahan bakar.
Proses di atas sering disebut sebagai energii biogas.
Dengan demikian penggolongan IPA klasik dan IPA modern sama
sekali bukan berkaitan dengan waktu maupun klasifikasi bidang ilmu.
Penggolongan ini lebih mengacu kepada konsepsi yaitu cara berpikir, cara
memandang, dan cara menganalisis suatu fenomena alam. Perkembangan
ilmu yang sangat besar akhir-akhir ini sangat ditunjang oleh
perkembangan ilmu maupun perangkat computer yang semakin cepat dan
canggih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar